caption trialgame

Yuk Kenalan Dengan Knalpot Free Flow

Tuesday, 14 May 2019

Komponen bawaan motor trail dari pabrik memang sudah dirancang untuk demi keamanan dan performa motor. Namun ada kalanya beberapa komponen diganti untuk meningkatkan kinerja dari motor tadi, salah satunya adalah dengan mengganti knalpot.

Ada anggapan umum mengganti knalpot standar sepeda motor dengan knalpot racing model free-flow akan mendongkrak performa mesin. Suara yang dihasilkan juga lebih nyaring, yang menurut para pemuja kecepatan membuat mereka lebih bergairah saat berkendara. Berbeda dengan knalpot orisinal pabrikan yang memiliki banyak sekat di silencer, membuat volume gas buang yang keluar menjadi minim. Namun, tentunya pabrikan menyesuaikan setelan mesin dengan ukuran knalpot standar. Knalpot free-flow mampu mengoptimalkan sirkulasi gas buang dari silender mesin.

Saat pengendara menggunakan knalpot free-flow, setup mesin-terutama distribusi bahan bakar bisa ditingkatkan sehingga energi yang dihasilkan bertambah. Agar bisa bekerja dengan presisi, knalpot free-flow juga harus kawin dengan konstruksi mesin. Produsen knalpot sangat mengutamakan proses research and development (R&D).

Dalam tahapan R&D, ukuran dan lekuk pipa knalpot, bentuk silencer, dan desain aliran udara dirancang untuk bisa meningkatkan performa mesin sekitar 15 persen. Ukuran pipa, panjangnya, dan model silencer itu menentukan proses sirkulasi gas buang dari silender.

Efek Buruk Knalpot Free-Flow Knalpot minim hambatan tentu punya cela. Salah satu yang paling sering jadi pembahasan yakni mengenai suaranya yang nyaring membuat telinga tidak nyaman. Selain itu, knalpot free-flow yang mampu mengalirkan gas buang dalam jumlah besar perlu diimbangi dengan pasokan bahan bakar lebih banyak. Sebab, knalpot seperti itu memicu pengiriman volume udara lebih banyak ke ruang bakar. Jika tidak diimbangi dengan penambahan suplai bahan bakar, komposisi air fuel ratio (AFR) untuk proses pembakaran menjadi tidak proporsional.

Dalam kondisi jumlah udara lebih banyak ketimbang bensin, percikan api dari busi akan kesulitan melakukan pembakaran. Saat ada bensin dan udara segar yang kembali masuk melalui katup intake, barulah pembakaran terjadi. Namun, karena ledakan berlangsung sebelum katup intake tertutup, bunga api menyebar keluar ruang pembakaran yang menimbulkan efek bunyi tembakan dari mesin.

Masalahnya, ada sepeda motor tertentu yang menerapkan sistem injeksi bahan bakar dengan ECU tipe close loop. Jenis ECU seperti ini tidak bisa disetel secara manual dengan praktis. Kerjanya mengandalkan beberapa sensor, salah satunya sensor O2 di pipa knalpot untuk mengawasi kondisi pembakaran. Engine Control Unit (ECU) akan secara otomatis menyesuaikan AFR begitu terdeteksi ada perubahan volume gas buang. Namun, penyesuaian AFR yang dilakukan ECU terbatas untuk kebutuhan knalpot standar. Umumnya, ECU close loop tidak akan memerintahkan injektor untuk menyuplai bahan bakar lebih banyak sesuai kebutuhan knalpot free-flow.

Buat mengatasi hal ini, pemilik motor perlu menaikkan budget tambahan buat memboyong fuel controller, seperti piggy back. Perangkat tersebut berfungsi memanipulasi informasi agar ECU memerintahkan suplai bahan bakar sesuai kebutuhan mesin. Kerugian vital juga sangat mungkin terjadi jika pemilik motor meminang knalpot berkualitas rendah. Produk knalpot yang dibuat dengan material murahan tanpa pengukuran yang presisi hampir pasti bakal menimbulkan masalah di mesin.

Perhitungan ukuran dan bentuk knalpot yang kacau akan membuat aliran gas buang menjadi berantakan. Efeknya, back pressure justru menjadi lebih besar. Bukannya menambah power, knalpot seperti ini malah menggerogoti performa mesin. Nah gimana? Ada plus minusnya juga kan?

comments

`