Cegah Ban Overheat di Musim Kemarau
Puncak musim kemarau diprediksi terjadi di sebagian wilayah Indonesia pada bulan Juli dan Agustus 2024. Cuaca panas akan membuat suhu permukaan jalan meningkat, yang membuat tekanan angin ban juga meningkat, hingga berpotensi membuat ban mengalami overheating. Overheating yang terjadi disebabkan gesekan antara ban dengan permukaaan jalan yang panas. Apalagi jika Anda gemar membawa motor trail Anda trabasan atau touring jauh keluar kota.
Pada dasarnya setiap ban memiliki temperature rating dengan kapasitas menahan panas yang berbeda. Misalnya, ban dengan temperatur A yaitu grade tertinggi yang dapat menahan panas hingga kecepatan 185km/jam, sedangkan ban temperatur B mampu menahan panas pada kecepatan 160 km/jam, serta ban temperatur C mampu menahan panas hanya pada kecepatan 135 km/jam.
Nah untuk mengantisipasi overheating ban saat musim kemarau, ada beberapa tips nih yang bisa Anda lakukan. Yang pertama tentu saja periksa kondisi dan tekanan angin ban. Tekanan angin ban yang kurang atau terlalu kempis dapat mengurangi efisiensi bahan bakar dan meningkatkan risiko pecah ban. Sementara, kelebihan tekanan angin dapat mempercepat keausan dan meningkatkan risiko selip.
Jangan lupa juga untuk rotasi ban secara berkala ya, karena rotasi ban dapat memperpanjang usia pakai ban dan mengurangi biaya perawatan jangka panjang. Idealnya, lakukan rotasi ban setiap enam bulan atau setiap 10.000 kilometer
Disarankan untuk tidak melakukan pengereman mendadak dan mengemudi dengan kecepatan tinggi terus menerus dalam waktu lama, guna mengurangi risiko overheating yang menyebabkan pecah ban.Lakukan juga cooling down atau istirahat bagi ban secara berkala untuk menurunkan temperatur ban setelah lama bergesekan dengan aspal yang panas. Disarankan mengistirahatkan ban selama setengah jam setelah berkendara selama empat jam berturut-turut, sesuai aturan lalu lintas yang berlaku.
Setiap kendaraan memiliki batas beban maksimal yang direkomendasikan oleh pabrikan. Semakin berat beban yang ditanggung ban, semakin besar gesekan ban pada permukaan jalan yang bersuhu tinggi, sehingga meningkatkan risiko pecah ban.
Pastikan ban yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Misalnya, ban yang dirancang untuk jalan aspal tidak seharusnya digunakan di jalan non-aspal. Hal ini dapat mengurangi traksi dan meningkatkan risiko ban mengalami spinning, yang pada akhirnya menyebabkan keausan tidak normal.
Begitu juga untuk ban tipe M/T yang dirancang untuk off-road. Jika digunakan di jalan aspal atau beton, akan mengalami keausan abnormal. Penggunaan ban yang tidak sesuai ini dapat mengurangi umur dan performa ban secara signifikan.