caption trialgame

Head To Head Motor Trail 150cc Pendatang Baru!

Thursday, 19 August 2021

Head To Head Motor Trail 150cc Pendatang Baru!


Untuk kelas entry level motor trail bermesin 150cc, Kawasaki merupakan raja di kategori ini dalam satu dekade terakhir. Namun perlahan tapi pasti, para pesaing mereka mulai mendekatkan diri, bahkan mulai mengambil alih posisi market leader. Yamaha dengan tipe WR155R dan Honda dengan tipe CRF150L, menjadi pesaing serius Kawasaki KLX150 di kelas entry level ini. Nah menarik untuk mengulasi fitur dan kelebihan serta kekurangan dua kontender yang rasanya tidak lama lagi bakal merajai kelas motor trail 150cc ini. Simak ulasannya ya.

Baik Yamaha maupun Honda sama-sama mengusung konsep trail kompak dengan berbagai sudut tegas, memberikan kesan sebagai motor petarung yang siap menaklukan setiap medan. Dari depan hingga belakang juga mengadopsi desain tajam dan sporty, memberikan kesan agresif. Namun ada satu hal yang membuat CRF unggul. Opsi warnanya lebih banyak, sehingga mudah menyesuaikan selera.

Soal struktur utama, sama-sama ditopang rangka semi double cradle. Arsitektur ini lazim digunakan pada motor trail. Lantaran jenis itu terkenal dengan kekokohan dan ketangkasannya (kaku). Pendukung lain, Yamaha gunakan jok berdesain YZ series. Terkenal dengan tingkat kenyamanannya, karena memudahkan pengendara mengatur posisi berkendara di segala medan. Honda punya kontur jok ramping dan agak keras. Pengendara dapat merasakan panas dan pegal bila duduk terlalu lama. Tapi kalau sudah berkendara di medan tanah, kenyamanan kursi tak lagi jadi soal.

Beralih ke komponen peredam kejut. Secara teknis, CRF setingkat lebih unggul dengan fork model upside down 37 mm. Secara penampilan dan kemampuan, ia sudah satu level di atas dari model biasa. Belakangnya pakai model unitrack dengan setelan 5 tingkat preload. Menawarkan level yang lebih tinggi untuk performa off-road. Sedang WR jenisnya teleskopik standar. Tapi diameter tabung lebih besar, 41 mm dengan panjang 899,1 mm. Menjanjikan daya redam yang baik saat beraktifitas off road. Belakangnya didukung dengan Link Type Monocross bertekanan yang dilengkapi oli. Tingkat kekerasannya bisa diatur sesuai keinginan pengendara.

Sebenarnya masing-masing suspensi punya fungsi tersendiri. Redaman inverted fork lebih baik, berkat posisi tabung besar berada di atas. Namun terasa lebih kaku. Sebaliknya, model teleskopik bisa memberi feedback lembut, tapi getaran di tangan lebih terasa. Jadi sesuaikan saja dengan kebutuhan. Jika memacu motor kencang di track offroad, shock terbalik bisa dibilang lebih relevan. Sementara saat bertualang secara perlahan di medan tanah atau batu, teleskopik sudah cukup mumpuni.

Beranjak ke bagian roda, keduanya memiliki ukuran sama persis. Mengusung komposisi ban 21-18 dengan profil 2,75 inci di depan dan 4,10 inci di belakang. Masing-masing juga dibekali ban semi pacul, cukup relevan digunakan di dua medan. Begitu pula urusan penahan laju, jenis dan ukurannya serupa. Berupa disc brake wavy tertera di depan (240 mm) dan belakang (220 mm).

Lalu bagaiman dengan urusan dapur pacu serta penggerak mesin lainnya? tenang kami akan ulas dalam bahasan yang lebih detail pada artikel berikutnya ya.

 

 

 

comments

`