caption trialgame

Seluk Beluk Mesin Motor Trail SOHC 2-Valve

Thursday, 14 March 2019

     Kendati banyak motor trail bertenaga kecil yang beredar di Indonesia, namun hanya dua yang secara resmi menggunakan mesin SOHC 2-Valve berpendingin udara. Motor trail tersebut adalah Kawasaki KLX150 dan Honda CRF150L. 

     KLX150 masih mengandalkan sistem pembakaran karburator yang konvensional, sedangkan CRF150L menggunakan  sistem pembakaran lebih modern berupa injeksi. Menariknya, dua pabrikan asal Jepang lainnya,Yamaha dan Suzuki,  diprediksi juga akan menggunakan jenis mesin yang sama.

     Lantas apa sih yang membuat mesin SOHC 2-valve berpendingin udara laris digunakan? Kenapa tidak menggunakan mesin SOHC 4-valve liquid cooled atau DOHC liquid cooled sekalian? Apa keunggulan dan kelemahan mesin SOHC 2-valve berpendingin udara? Simak ulasannya ya.

     Dari sisi produsen, biaya produksi mesin SOHC 2-valve berpendingin udara relatif lebih murah karena konstruksi mesinnya jauh lebih sederhana dan komponen yang digunakan tidak sebanyak mesin SOHC 4-valve liquid cooled dan DOHC liquid cooled. Imbasnya, harga jual tentu menjadi lebih ramah pada kantong konsumen.

     Keunggulan lainnya adalah power dan torsi mesin SOHC 2-valve sudah bisa keluar di putaran mesin rendah yang sangat dibutuhkan oleh motor trail. Karena memiliki mesin sederhana, biaya perawatan dan harga suku cadang juga relatif lebih murah. Selain itu, berkaca dari pengalaman KLX150 dan CRF150L, mesin kedua motor mudah untuk dimodifikasi untuk keperluan lomba atau lainnya.

     Terus apa aja kelemahan mesin SOHC 2-valve air cooled? Dalam kondisi standar mesin jenis kurang ideal untuk digunakan langsung di medan  off-road. Perlu sejumlah modifikasi minimal agar performa bisa sedikit lebih menggigit. Sebagai contoh pada KLX150 perlu ganti knalpot free flow, ganti CDI, hingga karburator. Kalau di CRF150L minimal ya perlu ganti knalpot free flow dan ECU. Itu ubahan minimal yang berhubungan dengan mesin biar hentakan tenaga dan torsi lebih kuat.

     Tapi mesikipun sudah diganti knalpot, karburator, ECU, atau CDI, kedua motor masih sering kedodoran buat melibas tanjakan-tanjakan curam climb yang lazim ada di setiap event off-road adventure. Kelemahan yang paling terasa ada pada gigi 2 yang terasa kurang bertenaga.

     Hill climb dengan menggunakan  gigi 1 akan membuat Anda  kerepotan mengendalikan stang motor karena nggak bisa mendapatkan kecepatan yang  bagus. Mau pakai gigi 2, tenaga yang dihasilakan ama kurang bahkan tak jarang seolang mesin menjadi ngempos. Untuk mengatasi lemah syahwat gigi 2 ini biasanya mesin di-bore up. Kapasitas mesin naik, tenaga naik, torsi naik, sehingga power dan torsi gigi 2 pun ngisi terus saat dipakai melibas tanjakan tinggi.

     Secara garis besar tidak ada yang salah dengan mesin SOHC 2-valve berpendingin udara. Namun kebanyakan pabrikan motor di Indonesia, merilis motor trail dalam bentuk dual sport, sehingga memang diperlukan sedikit modifikasi untuk bisa berbicara banyak pada medan offroad.

comments

`